Opini | tahiro.id
Dr. Lalu Maksum Ahmad, S. Ag., M.Pd.I (Pegiat Seni Budaya UIN Mataram & Founder Pesantren Seni Ma’shum Institute)
Adalah Firman Saputra dan Winda Septiani, keduanya dari Tadris Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram, lolos menjadi Finalis Duta Bahasa NTB 2025 menyisihkan 118 Peserta wakil PTKN & PTKS se NTB. Perlombaan berlangsung sangat alot dan penuh persaingan dari tgl. 02 s/d 05 juni 2025 bertempat di Lombok Raya Hotel Mataram. Penguasaan Bahasa asing, bahasa Indonesia tak terkecuali bahasa lokal serta kreatifitas seni, keterampilan serta wawasan kebangsaan menjadi bagian utama dari penilaian lomba ini.
Penganugerahan Duta Bahasa yang berlangsung pada hari kamis 05 Juni 2025 Pukul 13.00 s/d 16.00 Wita di Ballroom Hotel Lombok Raya Mataram. Penulis melihat secara langsung perjuangan wakil UIN Mataram, dan sudah memberikan yang terbaik, bahkan Winda Septiani sempat diopname semalam karna droft diakibatkan padatnya kegiatan dalam rangkaian menjelang babak final tersebut yang diawali dari program kerja, dimana peserta lomba harus terjun ke lapangan dilanjutkan dengan Karantina selama 3 hari yang berisi uji presentasi, tanya jawab dan review dari pelaksanaan program kerja, Tes Psikologi, Tes UKBI (Uji Kompetensi Bahasa Indonesia) serta kemampuan bahasa lokal dll.
Semua finalis mendapatkan masukan sekaligus evaluasi dari dewan juri yang terdiri dari nama-nama expert di bidang masing-masing serta datang dari berbagai perbedaan, semakin menguatkan nuansa “kemajemukan” dari perhelatan ini. Adalah : Dwi Pratiwi, M.Pd. (Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB), Okta Helena Kati Jara. M.M (Kepala Stasiun TVRI NTB), Ahmad Junaidi, Ph.D (Akademisi Universitas Mataram), Ahmad Munjizun, Ph.D (Staf Gubernur NTB) Zamzam Hariro (Penerjemah Ahli Madya Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat), Wahyu Hasni Ilmi, M.Psi. (Psikolog klinis BNN Provinsi NTB) perihal yang berkaitan dengan program krida dan wicara publik yang telah dilaksanakan sebelumnya termasuk tes psikologi dan tes Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), yang dilanjutkan presentasi akhir yang berlangsung dari tanggal 02 sampai 04 juni 2025. Program krida adalah program yang berdampak bagi masyarakat dan sesuai dengan tugas dan fungsi Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai penyelenggara acara.
Suasana kontestasi dengan balutan budaya dan tradisi begitu sangat terasa pada perlombaan ini. Perguruan tinggi Negeri dan swasta se NTB mengirimkan wakilnya, walaupun mewakili atas nama daerah kabupaten masing-masing namun almamater setiap peserta tidak bisa dipungkiri ikut menjadi bagian “gengsi” yang dipertaruhkan. Setiap peserta ingin membuktikan dirinya menjadi yang terbaik, dengan penguasaan dan potensi masing-masing.
Para finalis tidak hanya datang dari berbagai kampus, namun juga dari berbagai suku dan agama yang ada di NTB, menjadi satu kesatuan yang memantik semangat solidaritas dan soliditas dalam Fair Play. Namum perlombaan tetaplah perlombaan dimana harus ada “juara” dan “belum juara”, yang terpenting adalah 10 pasang (10 putra dan 10 putri) adalah para duta bahasa putra putri terbaik NTB dan 2 diantara mereka adalah wakil dari UIN Mataram yang membanggakan.
Firman dan Winda sebagai Duta Bahasa NTB 2025 wakil UIN Mataram, harus mampu berpartisipasi mengemban tugas menjadi garda terdepan terhadap kampanye Positif “trigatra bangun bahasa” yang berisi “utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.” tidak hanya bagi masyarakat luas namun juga bagi kampus asal finalis, Firman dan Winda nama akrab wakil dari UIN Mataram, tentunya harus mampu juga menjadi Duta Bahasa secara internal di UIN Mataram.
Keduanya harus mampu menjalin kerjasama dan bergandengan tangan dengan lembaga pengembang bahasa UIN Mataram seperti UPT. Pengembangan Bahasa selain Fakultas dan Program studi Bahasa yang ada di UIN Mataram seprti Tadris Bahasa Inggris dan Pendidikan Bajasa Arab, serta kelompok peminat bahasa di tingkat mahasiswa seperti ESC (English Study Club) dan Annady (Peminta Bahasa Arab) serta mahasiswa pencinta sastra, seni dan budaya seperti BKSM Saksi, serta menyebarkan wawasan kebangsaan dengan menyebarkan virus persatuan yang merupakan pesan warisan nilai-nilai luhur nenek moyang nusantara, berkolaborasi dengan Rumah Moderasi Beragama (RMB-UIN Mataram) misalnya.
Bahasa adalah identitas suatu bangsa, bangsa besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi bahasa nasionalnya, bangsa bijak adalah bangsa yang menghargai eksistensi bahasa daerahnya, adapun bangsa maju adalah bangsa yang terbuka dan apresiatif terhadap bahasa asing sebagai modal sosial untuk bergaul dengan dunia luar, Trigatra bangun bahasa adalah kesadaran universal tentang proporsi bahasa yang harus dipahami oleh semua duta bahasa NTB, tak terkecuali Duta Bahasa wakil UIN Mataram, sebagai modal awal dalam kiprahnya.
Duta Bahasa NTB 2025, adalah penyambung lidah dalam pemakaian dan pelestarian bahasa, mereka harus mampu menempatkan diri kapan saatnya berbahasa nasional, berbahasa lokal dan berbahasa internasional. Duta Bahasa NTB 2025 adalah generasi muda yang komunikatif, adaptatif, dan inovatif yang harus mampu mensinergikan potensi dalam pergulatan literasi bangsa, di tengah rendahnya literasi kita saat ini.Firman dan winda serta finalis Duta Bahasa NTB lainnya harus mendorong minat baca sejak usia dini, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia. Karena generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang tentunya memiliki andil untuk dapat mengingatkan masyarakat Indonesia terhadap keutamaan penggunaan bahasa sesuai proporsinya.Hal ini dapat dilakukan oleh Firman dan Winda di sela sela waktu kuliahnya serta mengajak kolaborasi mahasiswa lainnya.
Duta Bahasa NTB 2025, adalah insan yang peka zaman tidak “gaptek” (gagap teknologi) dan dapat menggunakan sosial media secara bijak, sebagai alat untuk mengkampanyekan hal-hal positif serta mampu mempengaruhi generasi muda yang gandrung dengan “gadget” (handphone) yang dengannya jendela dunia terbuka lebar, dapat berinteraksi dengan berbagai platform pendukung, menggiatkan masyarakat untuk menyebarluaskan konten-konten edukatif, dan membuat jejaring di kalangan mereka sendiri dan lainnya untuk tujuan penguatan “Trigatra Bangun Bahasa” agar tidak berhenti menjadi sebuah slogan belaka, namun aktual dan nyata.
Era disrupsi sedang mengancam kita sekaligus menjadi pertanda kuat dampak globalisasi. Kondisi ini hampir telah mempengaruhi seluruh tatanan hidupan manusia secara signifikan. Teknologi menawarkan kemudahan disatu sisi, bersanding dengan dampak negatif di sisi lain, akibat derasnya arus informasi ini, hingga menyentuh perilaku berbahasa generasi muda yang tidak sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, beberapa kosa kata yang cenderung kasar seperti “anjir” “anjay”, “sialan”, “bangsat”, “kampret”, “jancuk” dan lain sebagainya, menjadi “jamak” terdengar di telinga kita. Hal ini merupakan tantangan tersendiri, yang memanggil keterlibatan aktif dari Firman dan Winda serta para Duta Bahasa NTB 2025, untuk mencari jalan keluar yang efektif agar generasi muda tidak melupakan akar budayanya.
Firman dan Winda beserta Duta Bahasa NTB 2025 lainnya, adalah generasi yang harus memahami latar budaya Nusantara dengan keaneragaman yang terkandung di dalamnya, mereka harus menjadi “misionaris perdamaian” di tengah ancaman disintegrasi bangsa akibat paham extrimis yang semakin menguat akhir-akhir ini, hal ini hanya akan tercapai bila para Duta Bahasa tidak larut dalam formalisme exlusive menjadi Duta Bahasa dengan mengenakan selempang kesana kemari, namun harus dapat turun langsung ke tingkat yang paling bawah, berani “kotor” berani “berlumpur” apalagi “Anak UIN Mataram’ yang dikenal serba bisa di masyarakat, dengan pengtahuan agama yang memadai serta disiplin ilmu yang dipelajari harus berpartisipasi secara kongkrit, dan inilah cara “mempengaruhi” yang paling cepat sehingga keberadaan UIN Mataram juga berdampak signifikan. Aksi ini sekaligus dapat mendulang informasi yang utuh terhadap problematika masyarakat yang sebenarnya, sehingga dapat menjadi bahan diskusi dengan sesama Duta Bahasa dan pemangku kebijakan lainnya, mencari jalan menuju masyarakat yang damai, rukun, harmonis, toleran, dan terciptanya kerja sama, serta gotong royong yang telah menjadi roh bagi pembangunan nasional sejak dahulu kala.
Di pundak Duta Bahasa NTB 2025, terdapat harapan dari banyak pihak yang harus mampu diejawantahkan, termasuk problematika penyalahgunaan narkoba yanga semakin hari semakin memperihatinkan. Duta Bahasa harus bisa menjembatani solusi masalah ini dengan pihak-pihak terkait untuk mangatasinya, termasuk pergaulan bebas dengan berbagai bentuknya, kenakalan remaja serta berbagai bentuk penyimpangan yang semakin hari semakain marak. Pendekatan sosial budaya bahkan sastra dan seni dalam bentuknya yang sederhana bisa menjadi bagian untuk mengalihkan perhatian para generasi muda dari hal-hal negatif, dimana Duta Bahasa NTB 2025 dapat mengajarkan teater, puisi, tari, nyanyi dan lain-lain, intinya Duta Bahasa NTB harus menjadi inisiator dan inspirasi baik bagi generasi muda lainnya.
Selama satu tahun ke depan pemenang para Finalis Duta Bahasa NTB 2025, termasuk delegasi UIN Mataram “Firman dan Winda”serta para kabinetnya harus menyebarkan virus-virus baik kebahasaan, kesastraan, literasi, seni budaya, sosial serta keterampilan bagi generasi muda dan masyarakat NTB, Ikatan Keluarga Duta Bahasa (IKADUBAS) tidak boleh berhenti menjadi sebuah wadah berkumpul yang dibatasi jumlah, tempat dan waktu. Kedua puluh finalis harus mampu mengisi ruang-ruang peghidmatan sesuai dengan minat bakat, dari sekala yang paling kecil misalnya di kampus masing-masing, di sekitar tempat tinggal sampai ke ruang yang lebih besar, “agar mahkota juara berdampak nyata, agar selempang tak sekedar dipampang, agar kontestasi berbuah partisipasi, agar partisipasi, disemangati Moderasi Demi NKRI yang kita cintai”
Congratulations Firman & Winda,
Congratulation Language Ambassadors NTB 2025,
Congratulation UINMA.